Menurut
Wiknjosastro (2002), gangguan menstruasi dan siklusnya khususnya dalam masa
reproduksi dapat digolongkan dalam:
1). Kelainan dalam banyaknya darah dan
lamanya perdarahan pada menstruasi
a).
Hipermenorea (menoragia)
perdarahan menstruasi
yang lebih banyak atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari). Pada bentuk
gangguan seperti ini siklus menstruasi tetap teratur akan tetap jumlah darah
yang dikeluarkan cukup banyak. Penyebab terjadinya kemungkinan terdapat mioma
uteri (pembesaran rahim), polip endometrium, atau hiper plasia endometrium
(perubahan dinding rahim). Diagnosis kelainan dapat ditetapkan pemeriksaan
dalam, ultrasonografi (USG) dan pemeriksaan terhadap kerokan (Chandranita,
2009)
b).
Hipomenorea
perdarahan menstruasi yang lebih pendek atau
lebih kurang dari biasanya. Pada kelainan ini siklus menstruasi tetap teratur
sesuai dengan jadwal menstruasi akan tetapi jumlah darah yang dikeluarkan
relative sedikit. Penyebabnya kemungkinan gangguan hormonal, kondisi wanita
kekurangan gizi, atau wanita dengan penyakit tertentu (Chandranita, 2009).
2). Kelainan siklus
a)
Polimenorea
Siklus
menstruasi yang lebih pendek dari biasa (kurang dari 21 hari). Polimenorea dapat disebabkan oleh
gangguan hormonal yang mengakibatkan gangguan ovulasi, atau menjadi pendeknya
masa luteal. Sebab lain adalah kongesti ovarium karena peradangan,
endometriosis, dan sebagainya.
b).
Oligomenorea
Siklus menstruasi lebih
panjang (lebih dari 35 hari). Perdarahannya biasanya berkurang. Pada kebanyakan
kasus oligomenorea kesehatan wanita
tidak terganggu, dan fertilitas cukup baik. Siklus menstruasi biasanya juga ovulator dengan masa proliferasi lebih
panjang dari biasa.
c). Amenorea
Keadaan
tidak adanya menstruasi untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut. Gangguan
berhentinya menstruasi yang diakibatkan karena adanya gangguan pada fungsi
indung telur, hormone yang tidak stabil, kesehatan atau masalah tekanan jiwa
dan emosi (Kasdu,2005). Amenorea dibagi menjadi dua yaitu amenorea primer dan sekunder.
Amenorea sekunder terjadi ketika seorang wanita tidak mengalami menstruasi
sejak kecil. Penyebabnya kelainan anatomis kelamin (tidak terbentuk Rahim,
tidak ada liang vagina, atau gangguan hormonal). Amenorea fisiologis (normal) yaitu sesorang wanita sejak lahir
sampai menarche, terjadi pada kehamilan dan menyusui sampai batas tertentu dan
setelah mati haid.
Sedangkan
Amenorea sekunder yaitu pernah
mengalami menstruasi dan selanjutnya berhenti lebih dari tiga bulan.
Penyebabnya mungkin gangguan gizi, terdapat tumor alat kelamin, gangguan
hormonal atau penyakit menahun (Chandranita, 2009). Gejala klinis amenorea sekunder antara lain nyeri
abdomen bagian bawah, menjalar kepinggang dan paha disertai keluhan mual dan
muntah, sakit kepala, diare, mudah tersinggung (Manuba,1998)
Untuk mengatasi Amenorea
sebaiknya seseorang melakukan gaya hidup sehat mulai dari makan makanan yang
bergizi seimbang, berolahraga, tidak minum-minuman berahkohol, tidak minum
obat-obatan steroid atau narkotika, tidak stress dan menjaga berat sehingga
dengan pola hidup yang sehat ini membuat hormon tetap normal (Kasdu,2005)
3). Perdarahan di luar haid
Perdarahan
yang terjadi dalam masa antara 2 menstruasi (metroragia). Pendarahan ini disebabkan oleh keadaan yang
bersifat hormonal dan kelainan anatomis. Pada kelainan hormonal terjadi
gangguan poros hipotalamus hipofise, ovarium (indung telur) dan
rangsangan estrogen dan progesterone dengan bentuk pendarahan
yang terjadi di luar menstruasi, bentuknya bercak dan terus menerus, dan
pendarahan menstruasi berkepanjangan (Chandranita, 2009). Keadaan ini dipengaruhi oleh ketidak-seimbangan
hormon tubuh, yaitu kadar hormon progesterone yang rendah atau hormon estrogen
yang tinggi. Penderita hipoteroid (kadar hormone teroid yang rendah) atau hiperteroid
(kadar hormon teroid yang tinggi) dan fungsi adrenal yang rendah juga
bisa menyebabkan gangguan ini. Beberapa gangguan organ reproduksi juga dapat
menyebabkan metroragia seperti infeksi vagina atau Rahim endometriosis,
kista ovarium, fibroid, kanker endometrium atau indung telur, hyperplasia
endometriosis, penggunaan kontrasepsi spiral yang mengalami infeksi juga
dapat menyebabkannya (Kasdu,2005).
Pengobatan terhadap kelainan ini pada remaja
(gadis) dengan pengaturan secara hormonal (Chandranita, 2009)
dengan menstimulasi kelenjar pituitary
di otak dan adrenal untuk menyeimbangkan kadar FSH dan LH (Kasdu,2005) sedangkan untuk wanita menikah atau
mempunyai anak dengan memeriksakan alat kelamin dan bila perlu diadakan
kuretase dan pemeriksaan patologi untuk memastikannya (Chandranita,
2009).
Sedangkan gangguan lain
yang ada hubungan dengan haid
a).
Premenstrual tension (ketegangan pramenstruasi)
keluhan-keluhan yang
biasanya mulai 1 minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya menstruasi, dan
menghilang sesudah menstruasi datang, walaupun kadang-kadang berlangsung terus
sampai menstruasi berhenti. Gejala ini dijumpai pada wanita umur 30 sampai 45
tahun. Penyebab yang jelas belum diketahui akan tetapi kemungkinan diakibatkan
ketidakseimbangan antara estrogen dan
progesterone. Dikemukan bahwa
dominasi estrogen merupakan penyebab
dan defisiensi fase luteal dan kekurangan progesterone.
Akibat dominasi estrogen terjadi retensi air dan edama pada beberapa tempat.
Gejala klinisnya dalam bentuk gangguan emosional yaitu mudah tersinggung, sukar
tidur, gelisah, sakit kepala, perut kembung, mual sampai muntah, pada payudara
terasa tegang dan sakit, bahkan kasus yang lebih berat sering individu yang
mengalaminya menjadi tertekan (Manuba,1998).
b).
Mastalgia
rasa nyeri dan
pembesaran payudara sebelum menstruasi. Mastalgia disebabkan dominasi hormon estrogen sehingga terjadi retensi air
dan garam disertai hipermia didaerah payudara.
Segera setelah menstruasi mastalgia menghilang dengan sendirinya (Manuba,1998)
c).
Mittelschmerz (rasa nyeri pada ovulasi) :
nyeri antara
menstruasi, terjadi kira-kira sekitar pertengahan siklus menstruasi, pada saat
ovulasi. Kadang-kadang Mittelschmerz diikuti oleh pendarahan yang berasal dari proses ovulasi dengan gejala
klinis seperti hamil ektropik yang pecah (Manuba,1998).
4). Dismenorea
Dismenorea merupakan
rasa sakit akibat menstruasi yang sangat menyiksa karena nyerinya luar biasa
menyakitkan. Selama dismenorea, terjadi kontraksi otot rahim akibat peningkatan
prostaglandin sehingga menyebabkan vasospasme dari arteriol uterin yang
menyebabkan terjadinya iskemia dan kram pada abdomen bagian bawah yang akan
merangsang rasa nyeri disaat menstruasi (Robert&David,2004;Nur,2010).
Faktor yang memperburuk dismenorea
adalah Rahim yang menghadap kebelakang (retroversi),
kurangnya berolahraga dan stress psikis atau stress social, dan kekurangan zat
besi (Kasdu,2005).
Dimenorea
terdiri dari primer dan sekunder. Lebih dari 50% wanita mengalami dismenorea
primer dan 15 % diantaranya mengalami nyeri yang hebat. Biasanya dimenorea
primer timbul pada masa remaja yaitu sekitar 2-3 tahun setelah menstruasi
pertama dan tidak disebabkan oleh penyakit. Namun dengan bejalannya waktu
tepatnya hormon tubuh lebih stabil atau perubahan pada Rahim setelah menikah
dan melahirkan gangguan ini akan berkurang (Kasdu,2005).
Sedangkan dismenorea
sekunder, gangguan haid disebakan adanya gejala penyakit yang berhubungan
dengan kandungan, misalnya endometriosis, infeksi Rahim, kista/polip, tumor
sekitar kandungan, kelainan kedudukan Rahim yang dapat menganggu organ dan
jaringan disekitarnya. Penyebab dismenorea sekunder lainya adalah kondisi
panggul, endometriosis, fibroid,
edenomiosis, peradangan tuba falopi,
pelengketan abnormal antar organ dalam perut, pemakian kontrasepsi IUD atau
tampon. Kondisi demikian hanya dialami sekitar 25% wanita dan kebanyakan mereka
berumur 20 tahunan (Kasdu,2005).
6). Syndroma
Pramenstruasi (Premenstual Syndrome)
Kadar sindroma
pramenstruasi (PMS) dan waktunya pada setiap wanita tidak selalu sama. Ada
wanita yang merasa sangat sakit sampai menderita kram dan tidak dapat
beraktifitas. Beberapa ahli mengatakan bahwa gejala tersebut berhubungan kadar
hormon estrogen dan progesterone pada siklus haid. Menurut
ahli lain memperkirakan gangguan menjelang haid berhubugan dengan masalah
psikis, misalnya wanita menganggap masa haid sebagai beban sehingga tanpa sadar
ia menolaknya. Gangguan ini bisa juga merupakan tanda dari penyakit yang serius
seperti endometriosis, kista atau angioma uteri dan adanya infeksi Rahim
(Kasdu,2009). Gejala yang muncul akan terjadi pada separuh ahkir dari siklus menstruasi,
yang menghilang saat mulainya menstruasi. Manifestasi klinis dapat berupa
penuhnya payudara dan terasa nyeri, bengkak, kelelahan, sakit kepala,
peningkatan nafsu makan, iritabilitas dan ketidakstabilan perasaan dan depresi,
kesulitan dalam kosentrasi, keluar air mata dan kecenderungan untuk melakukan
kejahatan. Hampir sepertiga wanita produktif menghidap PMS (Behrman, Kliegman
and Arvin;2000). Gejala yang muncul selain diatas juga adanya
Untuk mencegah PMS
yaitu menjaga organ genital, baik dalam hubungan sex maupun saat buang air
besar dan kecil. Tindakan lainnya untuk mengurangi resiko ini adalah olahraga
dan hidup lebih rileks sehingga aliran darah tubuh lancar karena mempengaruhi
aliran darah organ reproduksi. Termasuk pola makan yang memenuhi gizi seimbang
sehingga semua kebutuhan tubuh akan zat-zat gizi terpenuhi, terutama kebutuhan
zat besi yang diperlukan saat wanita haid (Kasdu,2005).
Sedangkan untuk
mengatasi gejala PMS berkaitan dengan suasana hati dapat dan mental dapat
diatasi menjalani relaksasi, meditasi, atau yoga. Jika dengan obat-obatan,
fluoxetine bisa mengurangi depresi dan gejala lainnya. Terkait gejala yang
berhubungan dengan perubahan fisik, dengan pil KB kombinasi yang mengandung
estrogen dan progresteron bisa membantu mengurangi naik turunnya kadar estrogen
dan progresteron, sehingga gejala-gejala penyerta lainnya dapat diatasi. Namun
jika belum reda dapat ditambahkan obat anti peradangan non-steroid untuk
mengurangi sakit kepala, nyeri karena kram dan nyeri persendian. Untuk
meringankan gejala pada perubahan fisik penderita juga bisa mengurangi asupan
gula, cafein dan alcohol, menambahkan asupan karbohidrad dan lebih sering makan
atau mengkonsumsi vitamin B6, kalsium dan Magnesium (Indriasari,2009).
No comments:
Post a Comment