Haid atau menstruasi adalah salah satu
proses alami seorang perempuan yaitu proses deskuamasi atau meluruhnya
dinding rahim bagian dalam (endometrium) yang keluar melalui vagina
(Prawirohardjo,2007; Suwarni 2009). Siklus menstruasi berkisar antara 21
- 40 hari, hanya 10 – 15% wanita yang memiliki siklus 28 hari dan lebih
dari 35 hari. Jarak antara siklus yang paling panjang biasanya terjadi
sesaat setelah menarche dan sesaat sebelum menopause, lamanya
mengeluarkan darah pun berbeda-beda, biasanya antara 3-5 hari,7-8 hari
dan ada yang 1-2 hari diikuti darah sedikit-sedikit.
Menarche
sendiri adalah waktu pertama kali menstruasi dan sebagai salah satu
aspek penting untuk menjadikan wanita memasuki masa puber (Stainberg,
2002). Permulaan dan kelanjutan dari siklus menstruasi yang normal
tergantung pada kesatuan fungsional dan anatomis dari hipotalamus
bersama dengan pusat-pusat yang lebih tinggi termasuk peran kelenjar
pineal, pituitary anterior, ovarium, dan uterus (Berman, Kiliegman and
Arvin, 2000).
Siklus
menstruasi dipengaruhi oleh serangkaian hormon yang diproduksi oleh
tubuh yaitu Luteinizing Hormon , Follicle Stimulating Hormone dan
estrogen. Selain itu siklus juga dipengaruhi oleh kondisi psikis
sehingga bisa maju dan mundur. Masa subur ditandai oleh kenaikan
Luteinizing Hormone secara signifikan sesaat sebelum terjadinya ovulasi
(pelepasan sel telur dari ovarium). Kenaikan LH akan mendorong sel telur
keluar dari ovarium menuju tuba falopii. Didalam tuba falopii ini bisa
terjadi pembuahan oleh sperma. Masa-masa inilah yang disebut masa subur,
yaitu bila sel telur ada dan siap untuk dibuahi. Sel telur berada dalam
tuba falopi selama kurang lebih 3-4 hari namun hanya sampai umur 2 hari
masa yang paling baik untuk dibuahi, setelah itu mati. LH surge yaitu
kenaikan LH secara tiba-tiba akan mendorong sel telur keluar dari
ovarium. Sel telur biasanya dilepaskan dalam waktu 16-32 jam setelah
terjadi peningkatan LH.
Beberapa
wanita merasakan nyeri tumpul pada bagian perut bawah pada saat hal ini
terjadi. Lama keluarnya darah menstruasi juga bervariasi, pada umumnya
lamanya 4 sampai 6 hari, tetapi antara 2 sampai 8 hari masih dapat
dianggap normal. Pengeluaran darah menstruasi terdiri dari
fragmen-fragmen kelupasan endrometrium yang bercampur dengan darah yang
banyaknya tidak tentu. Biasanya darahnya cair, tetapi apabila kecepatan
aliran darahnya terlalu besar, bekuan dengan berbagai ukuran sangat
mungkin ditemukan. Ketidakbekuan darah menstruasi yang biasa ini
disebabkan oleh suatu sistem fibrinolitik lokal yang aktif di dalam
endometrium. Rata-rata banyaknya darah yang hilang pada wanita normal
selama satu periode menstruasi telah ditentukan oleh beberapa kelompok
peneliti, yaitu 25-60 ml. Konsentrasi Hb normal 14 gr per dl dan
kandungan besi Hb 3,4 mg per g, volume darah ini mengandung 12-29 mg
besi dan menggambarkan kehilangan darah yang sama dengan 0,4 sampai 1,0
mg besi untuk setiap hari siklus tersebut atau 150 sampai 400 mg per
tahun (Heffner; 2008; Nur,2010).
Setiap
satu siklus menstruasi terdapat 4 fase perubahan yang terjadi dalam
uterus. Fase-fase ini merupakan hasil kerjasama yang sangat
terkoordinasi antara hipofisis anterior, ovarium, dan uterus. Fase-fase
tersebut adalah :
- Fase menstruasi atau deskuamasi Fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Fase ini berlangsung selama 3-4 hari.
- Fase pasca menstruasi atau fase regenerasi. Fase ini, terjadi penyembuhan luka akibat lepasnya endometrium. Kondisi ini mulai sejak fase menstruasi terjadi dan berlangsung selama ± 4 hari. (Wiknjosastro; 2005, Nur;2010). Terjadi pada hari pertama sampai hari ke lima pada siklus menstruasi (Hendrik, 2006)
- Fase intermenstum atau fase proliferasi . Setelah luka sembuh, akan terjadi penebalan pada endometrium ± 3,5 mm. Fase ini berlangsung dari hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus menstruasi. Fase proliferasi dibagi menjadi 3 tahap, yaitu : Fase proliferasi dini, terjadi pada hari ke-4 sampai hari ke-7. Fase ini dapat dikenali dari epitel permukaan yang tipis dan adanya regenerasi epitel. Fase proliferasi madya, terjadi pada hari ke-8 sampai hari ke-10. Fase ini merupakan bentuk transisi dan dapat dikenali dari epitel permukaan yang berbentuk torak yang tinggi. Fase proliferasi akhir, berlangsung antara hari ke-11 sampai hari ke-14. Fase ini dapat dikenali dari permukaan yang tidak rata dan dijumpai banyaknya mitosis (Wiknjosastro; 2005, Nur;2010). Pada masa ini adalah masa paling subur bagi seorang wanita (Hendrik,2006)
- Fase pramenstruasi atau fase sekresi. Fase ini berlangsung dari hari ke-14 sampai ke-28. Fase ini endometrium kira-kira tetap tebalnya, tetapi bentuk kelenjar berubah menjadi panjang berkelok-kelok dan mengeluarkan getah yang makin lama makin nyata. Bagian dalam sel endometrium terdapat glikogen dan kapur yang diperlukan sebagai bahan makanan untuk telur yang dibuahi. Fase sekresi dibagi dalam 2 tahap, yaitu: Fase sekresi dini, pada fase ini endometrium lebih tipis dari fase sebelumnya karena kehilangan cairan. Fase sekresi lanjut, pada fase ini kelenjar dalam endometrium berkembang dan menjadi lebih berkelok-kelok dan sekresi mulai mengeluarkan getah yang mengandung glikogen dan lemak. Akhir masa ini, stroma endometrium berubah kearah sel-sel; desidua, terutama yang ada di seputar pembuluh-pembuluh arterial. Keadaan ini memudahkan terjadinya nidasi (Wiknjosastro; 2005, Nur;2010).
Menurut Wiknjosastro (2002), gangguan menstruasi dan siklusnya khususnya dalam masa reproduksi dapat digolongkan dalam:
1) Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada menstruasi
- Hipermenorea (menoragia) : perdarahan menstruasi yang lebih banyak atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari). Pada bentuk gangguan seperti ini siklus menstruasi tetap teratur akan tetap jumlah darah yang dikeluarkan cukup banyak. Penyebab terjadinya kemungkinan terdapat mioma uteri (pembesaran rahim), polip endometrium, atau hiper plasia endometrium (perubahan dinding rahim). Diagnosis kelainan dapat ditetapkan pemeriksaan dalam, ultrasonografi (USG) dan pemeriksaan terhadap kerokan (Chandranita, 2009)
- Hipomenorea : perdarahan menstruasi yang lebih pendek atau lebih kurang dari biasanya. Pada kelainan ini siklus menstruasi tetap teratur sesuai dengan jadwal menstruasi akan tetapi jumlah darah yang dikeluarkan relative sedikit. Penyebabnya kemungkinan gangguan hormonal, kondisi wanita kekurangan gizi, atau wanita dengan penyakit tertentu (Chandranita, 2009).
2) Kelainan siklus
- Polimenorea : siklus menstruasi yang lebih pendek dari biasa (kurang dari 21 hari). Polimenorea dapat disebabkan oleh gangguan hormonal yang mengakibatkan gangguan ovulasi, atau menjadi pendeknya masa luteal. Sebab lain adalah kongesti ovarium karena peradangan, endometriosis, dan sebagainya.
- Oligomenorea : siklus menstruasi lebih panjang (lebih dari 35 hari). Perdarahannya biasanya berkurang. Pada kebanyakan kasus oligomenorea kesehatan wanita tidak terganggu, dan fertilitas cukup baik. Siklus menstruasi biasanya juga ovulator dengan masa proliferasi lebih panjang dari biasa.
- Amenorea :Keadaan tidak adanya menstruasi untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut. Gangguan berhentinya menstruasi yang diakibatkan karena adanya gangguan pada fungsi indung telur, hormone yang tidak stabil, kesehatan atau masalah tekanan jiwa dan emosi (Kasdu,2005). Amenorea dibagi menjadi dua yaitu amenorea primer dan sekunder. Amenorea sekunder terjadi ketika seorang wanita tidak mengalami menstruasi sejak kecil.
Penyebabnya
kelainan anatomis kelamin (tidak terbentuk Rahim, tidak ada liang
vagina, atau gangguan hormonal). Amenorea fisiologis (normal) yaitu
sesorang wanita sejak lahir sampai menarche, terjadi pada kehamilan dan
menyusui sampai batas tertentu dan setelah mati haid.
Sedangkan
Amenorea sekunder yaitu pernah mengalami menstruasi dan selanjutnya
berhenti lebih dari tiga bulan. Penyebabnya mungkin gangguan gizi,
terdapat tumor alat kelamin, gangguan hormonal atau penyakit menahun
(Chandranita, 2009). Gejala klinis amenorea sekunder antara lain nyeri
abdomen bagian bawah, menjalar kepinggang dan paha disertai keluhan mual
dan muntah, sakit kepala, diare, mudah tersinggung (Manuba, 1998)
Untuk
mengatasi Amenorea sebaiknya seseorang melakukan gaya hidup sehat mulai
dari makan makanan yang bergizi seimbang, berolahraga, tidak
minum-minuman berahkohol, tidak minum obat-obatan steroid atau
narkotika, tidak stress dan menjaga berat sehingga dengan pola hidup
yang sehat ini membuat hormone tetap normal (Kasdu,2005)
3) Perdarahan di luar haid
Perdarahan
yang terjadi dalam masa antara 2 menstruasi (metroragia). Pendarahan
ini disebabkan oleh keadaan yang bersifat hormonal dan kelainan
anatomis. Pada kelainan hormonal terjadi gangguan poros hipotalamus
hipofise, ovarium (indung telur) dan rangsangan estrogen dan
progesterone dengan bentuk pendarahan yang terjadi di luar menstruasi,
bentuknya bercak dan terus menerus, dan pendarahan menstruasi
berkepanjangan (Chandranita, 2009). Keadaan ini dipengaruhi oleh ketidak
seimbangan hormone tubuh, yaitu kadar hormone progesterone yang rendah
atau hormone estrogen yang tinggi. Penderita hipoteroid (kadar hormone
teroid yang rendah) atau hiperteroid (kadar hormone teroid yang tinggi)
dan fungsi adrenal yang rendah juga bisa menyebabkan gangguan ini.
Beberapa gangguan organ reproduksi juga dapat menyebabkan metroragia
seperti infeksi vagina atau Rahim endometriosis, kista ovarium, fibroid,
kanker endometrium atau indung telur, hyperplasia endometriosis,
penggunaan kontrasepsi spiral yang mengalami infeksi juga dapat
menyebabkannya (Kasdu,2005).
Pengobatan
terhadap kelainan ini pada remaja (gadis) dengan pengaturan secara
hormonal (Chandranita, 2009) dengan menstimulasi kelenjar pituitary di
otak dan adrenal untuk menyeimbangkan kadar FSH dan LH (Kasdu,2005)
sedangkan untuk wanita menikah atau mempunyai anak dengan memeriksakan
alat kelamin dan bila perlu diadakan kuretase dan pemeriksaan patologi
untuk memastikannya (Chandranita, 2009).
Sedangkan gangguan lain yang ada hubungan dengan haid
a) Premenstrual tension (ketegangan pramenstruasi) :
keluhan-keluhan
yang biasanya mulai 1 minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya
menstruasi, dan menghilang sesudah menstruasi datang, walaupun
kadang-kadang berlangsung terus sampai menstruasi berhenti. Gejala ini
dijumpai pada wanita umur 30 sampai 45 tahun. Penyebab yang jelas belum
diketahui akan tetapi kemungkinan diakibatkan ketidakseimbangan antara
estrogen dan progesterone. Dikemukan bahwa dominasi estrogen merupakan
penyebab dan defisiensi fase luteal dan kekurangan progesterone. Akibat
dominasi estrogen terjadi retensi air dan edama pada beberapa tempat.
Gejala klinisnya dalam bentuk gangguan emosional yaitu mudah
tersinggung, sukar tidur, gelisah, sakit kepala, perut kembung, mual
sampai muntah, pada payudara terasa tegang dan sakit, bahkan kasus yang
lebih berat sering individu yang mengalaminya menjadi tertekan (Manuba,
1998).
b) Mastalgia :
rasa
nyeri dan pembesaran payudara sebelum menstruasi. Mastalgia disebabkan
dominasi hormone estrogen sehingga terjadi retensi air dan garam
disertai hipermia didaerah payudara. Segera setelah menstruasi mastalgia
menghilang dengan sendirinya (Manuba, 1998)
c) Mittelschmerz (rasa nyeri pada ovulasi) :
nyeri
antara menstruasi, terjadi kira-kira sekitar pertengahan siklus
menstruasi, pada saat ovulasi. Kadang-kadang Mittelschmerz diikuti oleh
pendarahan yang berasal dari proses ovulasi dengan gejala klinis seperti
hamil ektropik yang pecah (Manuba, 1998).
d) Dismenorea
Dismenorea
merupakan rasa sakit akibat menstruasi yang sangat menyiksa karena
nyerinya luar biasa menyakitkan. Selama dismenorea, terjadi kontraksi
otot rahim akibat peningkatan prostaglandin sehingga menyebabkan
vasospasme dari arteriol uterin yang menyebabkan terjadinya iskemia dan
kram pada abdomen bagian bawah yang akan merangsang rasa nyeri disaat
menstruasi (Robert dan David; 2004; Nur,2010). Faktor yang memperburuk
dismenorea adalah Rahim yang menghadap kebelakang (retroversi),
kurangnya berolahraga dan stress psikis atau stress social, dan
kekurangan zat besi (Kasdu,2005).
Dimenorea
terdiri dari primer dan sekunder. Lebih dari 50% wanita mengalami
dismenorea primer dan 15 % diantaranya mengalami nyeri yang hebat.
Biasanya dimenorea primer timbul pada masa remaja yaitu sekitar 2-3
tahun setelah menstruasi pertama dan tidak disebabkan oleh penyakit.
Namun dengan bejalannya waktu tepatnya hormone tubuh lebih stabil atau
perubahan pada Rahim setelah menikah dan melahirkan gangguan ini akan
berkurang (Kasdu,2005).
Sedangkan
dismenorea sekunder, gangguan haid disebakan adanya gejala penyakit yang
berhubungan dengan kandungan, misalnya endometriosis, infeksi Rahim,
kista/polip, tumor sekitar kandungan, kelainan kedudukan Rahim yang
dapat menganggu organ dan jaringan disekitarnya. Penyebab dismenorea
sekunder lainya adalah kondisi panggul, endometriosis, fibroid,
edenomiosis, peradangan tuba falopi, pelengketan abnormal antar organ
dalam perut, pemakian kontrasepsi IUD atau tampon. Kondisi demikian
hanya dialami sekitar 25% wanita dan kebanyakan mereka berumur 20
tahunan (Kasdu,2005).
Syndroma Pramenstruasi (Premenstual Syndrome)
Kadar
sindroma pramenstruasi (PMS) dan waktunya pada setiap wanita tidak
selalu sama. Ada wanita yang merasa sangat sakit sampai menderita kram
dan tidak dapat beraktifitas. Beberapa ahli mengatakan bahwa gejala
tersebut berhubungan kadar hormone estrogen dan progesterone pada siklus
haid. Menurut ahli lain memperkirakan gangguan menjelang haid
berhubugan dengan masalah psikis, misalnya wanita menganggap masa haid
sebagai beban sehingga tanpa sadar ia menolaknya. Gangguan ini bisa juga
merupakan tanda dari penyakit yang serius seperti endometriosis, kista
atau angioma uteri dan adanya infeksi Rahim (Kasdu,2009). Gejala yang
muncul akan terjadi pada separuh ahkir dari siklus menstruasi, yang
menghilang saat mulainya menstruasi. Manifestasi klinis dapat berupa
penuhnya payudara dan terasa nyeri, bengkak, kelelahan, sakit kepala,
peningkatan nafsu makan, iritabilitas dan ketidakstabilan perasaan dan
depresi, kesulitan dalam kosentrasi, keluar air mata dan kecenderungan
untuk melakukan kejahatan. Hamper sepertiga wanita produktif menghidap
PMS (Behrman, Kliegman and Arvin;2000).
Untuk
mencegah PMS yaitu menjaga organ genital, baik dalam hubungan sex
maupun saat buang air besar dan kecil. Tindakan lainnya untuk mengurangi
resiko ini adalah olahraga dan hidup lebih rileks sehingga aliran darah
tubuh lancar karena mempengaruhi aliran darah organ reproduksi.
Termasuk pola makan yang memenuhi gizi seimbang sehingga semua kebutuhan
tubuh akan zat-zat gizi terpenuhi, terutama kebutuhan zat besi yang
diperlukan saat wanita haid (Kasdu,2005).
No comments:
Post a Comment