Gangguan kecemasan dapat muncul dalam
berapa bentuk gangguan kecemasan antara lain, Generalized Anxiety Disoder,
Agorafobia, Fobia khusus (Tell,2010), Separation Anxiety (Herbert,2006), Obsesif-Kompulsif (Eisner dkk,2009). Gangguan
kecemasan merupakan gangguan mental yang hampir dialami tiap orang dan semua
umur (Herbert, 2006) penjelasan mengenai gangguan tersebut diperjelas Sani (2012) yang mengatakan kecemasan dapat muncul dalam berbagai
bentuk antara lain
a. Gangguan
panik
Serangan tidak
dapat diduga muncul dalam bentuk kecemasan akut, yang berlangsung selama 10
menit. Kepanikan merupakan episode kecemasan ekstrem dalam merespon suatu
ancaman nyata. Kepanikan memperlihatkan gejala : palpitasi, keluhan sakit di
dada, berkeringat, demam, nafas pendek, nausea, sakit kepala atau perasaan aneh
dan takut kehilangan pengawasan pada dirinya. Misalnya Phobia (bentuk ketakutan
terhadap objek atau situasi tertentu/spesifik, sering dsertai dengan
gejala-gejala kecemasan ekstrem).
Istilah “panik” berasal dari kata Pan,
dewa Yunani yang setengah Ripnusia setengah hantu dan tinggal dipegunungan dan
hutan, tetapi perilakunya sulit diduga. Biasanya serangan panic berhubungan
dengan penghindaran. Jika penghindarannya berat, disebut dengan panic dengan
penghindaran fobik berlebihan (agorafobia).
b. Gangguan Fobia
Gambaran utama mengenai gangguan fobia
adalah ketakutan yang menetap dan tidak rasional terhadap suatu objek, aktivitas atau situasi
spesifik yang menimbulkan suatu keinginan untuk menghindari objek, aktivitas
atau situasi tersebut (stimulus fobik). Pasien fobia sering dijumpai pada
kasus-kasus neurosis. Pada pasien fobia sering dijumpai suasana emosi yang
komplek disertai dengan rasa cemas. Secara psikologis factor yang memyebabkan
rasa cemas tersebut bisa didapat dari lingkungan luar dan pasien tidak mampu
untuk menyebutkan sumber ketakutannya, dan merasa kebingungan serta mengalami
kesulitan memusatkan perhatian.
Gangguan fobia dibagi dalam tiga tipe
antara lain.
1) Agorafobia (bentuk yang paling
berat pervasive/meresap)
Kekhawatiran
pada suatu tempat atau situasi tertentu (misalnya tempat ramai, dipasar atau
tempat umum) karena merasa sulit untuk berlindung dan merasa dirinya tidak
berdaya. Ketakutan ini menyebabkan penderita makin lama semakin mengisolasi
dirinya sehingga tidak mau melakukan perjalanan atau selalu membutuhkan
pendamping.
Agrofobia
dengan serangan panik, dapat diterangkan sebagai berikut.
a)
Individu mempunyai ketakutan yang hebat
terhadap situasi berada sendirian atau tempat umum, dimana dia akan sulit
melarikan diri atau tempat yang tidak ada pertolongan apabila datang serangan
mendadak berupa perasaan tidak berdaya, seperti misalnya berada di antara orang
banyak dalam terowongan, atau diatas jembatan.
b)
Aktivitas yang biasa dilakukannya makin
sempit dan ahkirnya ketakutan atau tingkah laku menghindar menguasai hidup
individu
c)
Tidak disebabkan oleh episode Depresi
Berat, Gangguan Obsesif-Kompulsif, Gangguan Kepribadian Paranoid, atau
Skizoprenia.
2) Fobia Sosial
Fobia
social adalah perasaan takut terhadap hal-hal yang tidak termasuk dalam
kriteria agoraphobia atau fobia social seperti takut akan binatang, kilat,
sakit, kecelakaan atau kematian. Ketika situasi ketakutan muncul mereka dapat
saja mengalami gejala somatic sebagai akibat dari kecemasan. Beberapa penderita
tidak mengeluh akan gejala somatic tetapi mengalami ketakutan.
Situasi
umum yang dianggap sebagai fobia social berhadapan dengan hal-hal sebagai
berikut.
a) Perkenalan
b) Menemui
seseorang
c) Menggunakan
telepon
d) Mendapat
kunjungan
e) Diperhatikan
ketika melakukan sesuatu
f) Digoda
g) Makan
bersama kenalan dirumah
h) Makan
bersama keluarga dirumah
i)
Menulis di depan orang lain
j)
Berbicara didepan umum
Sedangkan
kriteria diagnosis fobia social antara lain.
a) Rasa
takut yang jelas dan menetap terhadap satu atau lebih situasi social atau
kinerja dimana bertemu dengan orang yang tidak dikenal atau kemungkinan
diperiksa oleh orang lain. Individu merasa takut bahwa ia akan bertindak dalam
cara (atau menunjukan gejala kecemasan) yang akan memalukan atau merendahkan.
b) Pemaparan
dengan situasi social yang ditakuti hamper selalu mencetuskan kecemasan yang
dapat berupa serangan panic yang berkaitan dengan situasi atau dipresiposisi
oleh situasi.
c) Orang
menyadari bahwa rasa takut adalah berlebihan atau tidak beralasan
d) Situasi
social atau kinerja yang ditakuti akan dihindari atau jika tidak dapat
dihindari dihadapi dengan kecemasan atau dalam situasi penderitaan yang akut
e) Penghindaran,
antisipasi fobik, atau penderitaan dalam situasi social atau kinerja secara
bermakna menganggu rutinitas normal orang, fungsi pekerjaan (akademik) atau
aktivitas social dan hubungan dengan orang lain, atau terdapat penderitaan yang
jelas tentang menderita fobia.
f) Pada
individu dibawah 18 tahun, durasi sekurangnya 6 bulan
g) Rasa
takut atau penghindaran bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat
(misalnya, obat yang disalahgunakan, medikasi) atau kondisi medis umum, dan
tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain (misalnya gangguan
cemas perpisahan, gangguan dismorfik tubuh, gangguan perkembangan parbasif,
atau gannguan kepribadian skizoid).
3) Fobia Khusus
Fobia
khusus lebih umum daripada fobia social, lebih besar dialami oleh wanita
daripada laki-laki. Objek yang ditakuti dalam dalam fobia khusus antara lain
binatang, petir, penyakit, dan kematian. Sedangkan kriteria diagnostic untuk
fobia spesifik ini yaitu
a) Rasa
takut yang jelas dan menetap yang berlebihan atau tidak beralasan, ditunjukan
oleh adanya atau antisipasi suatu objek atau situasi tertentu (misalnya, naik
pesawat terbang, ketinggian, binatang, mendapat suntikan, melihat darah).
b) Pemaparan
dengan stimulus fobik hamper selalu mencetuskan respons kecemasan segera, yang
dapat berupa serangan panic yang berhubungan dengan situasi atau dipredisposisi
oleh situasi.
c) Orang
menyadari bahwa rasa takut tersebut berlebihan atau tidak beralasan.
d) Situasi
fobik mungkin dihindari, atau jika tidak dapat dihindari dihadapi dengan
kecemasan atau penderitaan yang kuat.
e) Penghindaran,
antisipasi kecemasan, atau penderitaan dalam situasi yang ditakuti secara
bermakna menganggu rutinitas norma orang, fungsi pekerjaan (atau akademik),
atau aktivitas social atau hubungan dengan orang lain atau terdapat penderitaan
yang jelas karena menderita fobia.
f) Pada
individu yang berusia dibawah 18 tahun, durasi sekurang-kurangnya adalah 6
bulan
g) Kecemasan,
serangan panic atau penghindaran fobik berhubungan dengan objek atau situasi
spesifik adalah tidak lebih diterangkan oleh gangguan mental lain, seperti,
gangguan obsesi-kompulsif (misalnya, takut pada kotoran pada seseorang dengan
obsesi tentang kontaminasi), gangguan stress pascatraumatik (misalnya,
menghindar dari stimuli yang berhubungan dengan stressor yang berat), gangguan
cemas perpisahan (misalnya, meghindar sekolah), fobia social, gangguan panic
dengan agoraphobia atau agoraphobia tanpa riwayat panic.
c. Gangguan
Obsesif-Kompulsif
Melakukan
pertimbangan, kesan atau rangsangan (impuls) secara berulang-kali dan dilakukan
melalui elaborasi dan seringkali membahayakan. Gannguan ini
dapat menyebabkan ketidak-berdayaan karena obsebsi yang pada hakikatnya
menghabiskan waktu dan menganggu secara bermakna pada rutinitas normal
seseorang terutama gangguan ini meliputi fungsi pekerjaan, aktivitas social,
atau hubungan dengan teman dan anggota keluarga.
Suatu dikatakan obsesi adalah adalah
pikiran, perasaan, ide, sensasi yang menganggu (intrusif). Sedangkan kompulsif
adalah perilaku yang disadari, dibakukan, dan rekuren, seperti misalnya meghitung,
memeriksa, atau menghindar, yang bersebab adanya obsesi.
Obsesi meninggalkan kecemasan seseorang,
sedangkan tindakan kompulsif menurunkan kecemasan, namun menimbulkan kecemasan
baru. Seseorang dengan gangguan obsesif-kompulsif umumnya menyadari irasionalitas
dari obsesi dan merasakan bahwa obsesi dan kompulsif sebagai ego distronik.
d. Gangguan
stres Pasca-trauma
Gangguan ini
terjadi secara berulang, yang disebabkab oleh kecemasan sebagai akibat peristiwa yang mengerikan
(katastropik). Gangguan cemas ini terdiri pengalaman tentang
trauma melalui mimpi dan pikiran, penghindaran terhadap trauma, dan kesadaran
berlebihan yang persisten. Gangguan sangat mungkin terjadi pada mereka yang
sendirian, bercerai, janda, mengalami gangguan ekonomis, atau menarik diri secara
sosial
Stressor adalah factor penyebab utama
dalam perkembangan gangguan stress pasca-traumatik. Tetapi tidak semua orang
akan mengalami gangguan stress pasca-traumatik setelah suatu peristiwa
traumatic. Walaupun stressor diperlukan, namun stressor tidak cukup untuk
menyebabkan gangguan. Klinis stress pasca-traumatik harus mempertimbangkan juga
factor biologis individual yang telah ada, factor psikososial sebelumnya, dan
peristiwa yang terjadi setelah trauma.
Factor kerentanan yang merupakan predisposisi
tampaknya memainkan peranan penting dalam menentukan apakah gangguan akan
berkembang menjadi trauma pasca-traumatik, sebagian ditentukan oleh:
1). Adanya trauma masa kanak-kanak
2). Sifat gangguan kepribadian ambang,
paranoid, dependen, atau anti social
3). System pendukung yang tidak kuat
4). Kerentanan konstitusional genetika
pada penyakit psikiatrik
5). Perubahan hidup penuh stress yang
baru saja terjadi
6). Persepsi tentang lokus control
eksternal, dan
7). Penggunaan Alkohol, Walaupun belum sampai
pada taraf ketergantungan.
e.
Gangguan
Stres Akut
Pengertian stress ialah segala masalah
atau tuntutan penyesuaian diri sebagai akibat adanya penghalang kesukaran,
kebimbangan, aral melintang dalam usaha mencapai tujuan sehingga menganggu
kesimbangan, bila tidak dapat diatasi dengan baik akan muncul gangguan badan
atau jiwa.
Bila stress mengancam perasaan kemampuan
dan harga diri seseorang maka reaksinya akan condong berorientasi pada
pembelaan Ego (Ego Defence Oriented) dengan tujuan utama melindungi diri
terhadap rasa devaluasi diri, meringankan ketegangan serta kecemasan yang
menyakitkan.
f.
Gangguan
Kecemasan Umum (GAD)
Gangguan kecemasan umum (GAD) ditandai
dengan gejala kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan. Serangan ini
meliputi sejumlah kejadian atau akivitas (pekerjaan, prestasi sekolah).
Individu merasa sulit untuk mengendalikan ketakutannya. Gejala-gejala kecemasan
akan dianggap signifikan klinis dimana
1).
Tingkat keparahannya abnormal atau berkepanjangan
2).
Terjadi dalam keadaan yang penuh tekanan
3).
Merusak fungsi fisik, social atau pekerjaan
g.
Gangguan
Kecemasan Akibat Kondisi Kesehatan (medis) Umum
Terjadinya gejala kecemasan yang
berhubungan dengan kondisi umum sering ditemukan, walaupun insidensi gannguan
variasi untuk masing-masing kondisi umum spesifik.
Berbagai macam kondisi medis dapat
menyebabkan gejala yang mirip pada gangguan kecemasan antara lain,
1) Gangguan
Neurologis (Neoplasma serebal, Trauma serebal dan sindroma pasca tegar,
penyakit serebrovaskular, Pendarahan subarachasid, Migrain, Ensefalitis,
Sifilis serebal, Sklerosis multiple, Penyakit Wilson, Penyakit Huntington,
Epilepsi).
2) Kondisi
Sistemik (Hipoksia, Penyakit kardiovaskuler, Aritmia jantung, Insifiensi
pulmonal, Anemia)
3) Gangguan
Endrokrin (Disfungsi hipofisis, Disfungsi tiroid, Disfungsi paratroid, Disfungsi
adrenal, Feokromositoma, Gangguan virilisasi)
4) Gangguan
Peradangan (Lupus eritematosa, Artritis rematoid, Poliarteritis nodosa,
Arteritis temporal)
5) Keadaan
Defisiensi (Defisiensi vitamin B12, Pelagra)
6) Kondisi
Lain (Hipoglikemia, Sindroma karsinoid, Keganasan sistemik, Sindroma
pra-menstruasi, Penyakit febril dan infeksi kronis, Sindroma pasca ensefalitis,
Urema).
7) Kondisi
Toksi (Putus obat dan Alkohol, Ampetamin, Obat simpatometi, Obat vasopressor,
Kafein dan putus kafein, Penicilin, Sulfonamide, Kanabis, Air raksa, Arsenik,
Fosfor, Organofosfat, Karbon disulfide, Bezene, Introleransi aspirin)
8) Dan
lain-lain
h.
Gangguan
Kecemasan Akibat Obat
Obatan-obatan
dapat menyebakan kecemasan adalah alcohol, stimulant (perangsang), kafein,
kokain, dan obatan-obatan yang dibatasi penggunaannya dan pengawasan dokter
ketika tiba-tiba dihentikan (medicastore, diakses 3 januari 2012).
i.
Gangguan
Kecemasan yang tidak ditentukan
No comments:
Post a Comment