Persepsi merupakan tahap
paling awal dari serangkaian memproses informasi. Persepsi adalah suatu proses
penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki (yang disimpan didalam ingatan)
untuk mendeteksi atau memperoleh dan menginterprestasi stimulus (rangsangan)
yang diteriman oleh alat indera seperti mata, telinga, dan hidung (Matlin,
1989; Solso,1988). Secara singkat dapat dikatakan bahwa presepsi merupakan suatu
proses menginterprestasi atau menafsirkan informasi yang diperoleh melalui sistem
indera manusia. Misalnya pada waktu seorang melihat sebuah gambar, membaca
tulisan, atau mendengar suara tertentu, ia akan melakukan interprestasi
berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya dan relevan dengan hal-hal itu.
Presepsi mencakup dua proses
yaitu bottom-up atau data driven processing (aspek stimulus), dan top-down atau
conceptually driven processing (aspek pengetahuan seseorang). Hasil persepsi
seseorang mengenai sesuatu objek disamping dipengaruhi oleh penampilan objek
itu sendiri, juga pengetahuan seseorang mengenai objek itu. Ada tiga aspek
dalam presepsi yang dianggap sangat relevan dengan kognisi manusia, yaitu
pencatatan indera, pengenalan pola, dan perhatian.
1.
Pencatatan Indera
Pencatatan indera disebut
juga ingatan sensori. Pencatatan indera merupakan sistem ingatan yang dirancang
untuk menyimpan sebuah rekaman (record) mengenai informasi yang diterima
sel-sel reseptor. Sel-sel reseptor merupakan sistem yang terdapat pada alat
indera organ tubuh tertentu yaitu mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit tubuh
yang merepon energi fisik dari lingkungan (Ellis dan Hunt, 1993). Rekaman
stimulus yang disimpan tersebut disebut sensory trace.
Ada
tiga karakteristik pencatatan indera yang memungkinkan sistem melakukan fungsi
penyimpanan rekaman secara optimal, antara lain
a. Informasi disimpan didalam
bentuk yang masih kasar (veridical form), dan belum memiliki makna
b. Pencatatan indera memerlukan
ukuran ruang yang cukup untuk menyimpan informasi yang ditangkap oleh reseptor.
c. Informasi yang masuk ke dalam sistem pencatatan indera
berlangsung dalam waktu yang sangat singkat.
Sistem pencatatan indera sebenarnya
mencangkup lima macam, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan,
dan perabaan. Ada dua jenis ingatan sensori atau indera, antara lain
1.) Ingatan iconic, merupakan
sistem pencatatan indera terhadap informasi visual (gambar dan benda konkrit)
2.) Ingatan echoic, sistem
pencatatan yang beroperasi di dalam pendengaran manusia. Ada dua macam
pencatatan indera dengar, penyimpanan jangka pendek dan penyimpanan jangka
panjang.
2.
Pengenalan pola
Proses
pengenalan pola (pattern recognition) merupakan tahap lanjutan setelah
pencatatan indera. Pengenalan pola merupakan proses transformasi dan
mengorganisasikan informasi yang masih kasar itu, sehingga memiliki makna atau
arti tertentu. Pengenalan pola merupakan proses mengidentifikasi stimulus
indera yang tersusun secara rumit. Pengenalan pola melibatkan proses membandingkan
stimulus indera dengan informasi yang disimpan dalam ingatan jangka panjang.
Beberapa teori mengenai pengenalan
pola antara lain,
a. Template-Matching Theory
Proses pengenalan pola terjadi dengan cara membandingkan satu
stimulus dengan seperangkat pola khusus yang telah disimpan di dalam ingatan
jangka panjang (lJPj). Setelah membandingkan kemudian dengan pola yang paling
dekat dengan objek stimulus yang ditangkap oleh alat indera.
b. Prototype Theory
Menurut teori ini, seseorang menyimpan prototipe (bentuk dasar)
yang abstrak dan ideal di dalam ingatan. Ketika seseorang melihat suatu
stimulus, kemudian ia membandingkannya dengan prototipe tertentu yang cocok.
Jika pencocokan sudah sesuai, maka orang akan mengenal stimulus tersebut. Jika
belum cocok, ia akan mencoba membandingkan lagi dengan jenis prototipe yang
lain sampai diketemukan yang paling cocok.
c. Distinctive-Feature Theory
Teori atau model ini menyatakan bahwa orang yang
membeda-bedakan di antara berbagai objek atau huruf berdasarkan ciri-ciri
khusus yang di miliki objek atau huruf itu. Ciri-ciri khusus yang membedakan
antara objek atau huruf yang satu dengan yang lainnya itu disebut distinctive
feature.
d. Gestalt Theory
Menurut teori Gestalt secara alamiah manusia memiliki
kecenderungan-kecenderungan tertentu dan melakukan penyederhanaan struktur di
dalam mengorganisasikan objek-objek persepsual (Brennan, 1991;Hayes, 1978).
Stimulus dari lingkungan cenderung diklasifikasikan menjadi pola-pola tertentu
dengan cara-cara yang sama oleh kebanyakan orang. Teori Gestalt mengajukan
beberapa prinsip tentang kecenderungan-kecenderungan orang didalam pengenalan
pola yang berkaitan dengan dengan objek atau informasi visual, antara lain
a. Prinsip kedekatan (proximity),
objek-objek visual yang terletak berdekatan atau tampil didalam waktu yang
bersamaan cenderung dipersepsikan sebagai satu kesatuan
b. Prinsip kemiripan
(similarity), objek-objek visual yang memiliki struktur sama atau mirip
cenderung di persepsi atau dilihat sebagai satu kesatuan (kelompok).
c. Prinsip searah (direction),
objek-objek visual cenderung dipersepsikan sebagai satu kesatuan apabila berada
di dalam satu arah pandangan.
d. Prinsip ketutupan (closure),
elemen-elemen objek stimulus yang kurang lengkap cenderung dilihat secara
lengkap.
e. Prinsip pragnan, tata letak
sejumlah objek meski kurang beraturan cenderung dipersepsikan secara baik,
sederhana dan bermakna tertentu.
Pada
dasarnya faktor konstektual sangat mempengaruhi proses pengenalan pola. Faktor-faktor
yang mempengaruhi pengenalan pola. faktor konstektual adalah keterkaitan suatu
objek persepsi dengan serangkaian objek-objek yang lain dalam bentuk sebuah
gambar peristiwa atau situasi, maupun sebuah kata atau kalimat.
a. object Superiority Effect,
sebuah object akan lebih cepat dikenal apabila object tersebut merupakan bagian
dari rangkaian objek-objeck yang lan di dalam situasi tertentu, bukan berdiri
sendiri yang terpisahkan dengan orang lain (in isolation), contoh : orang lebih
tepat menafsir panjang sebuah garis apabila garis itu merupakan bagian dari
sebuah gambar segitiga, daripada garis itu disajikan secara terpisah atau
sendirian. Sebuah produk baru sikat gigi “formula” akan lebih mudah dikenal
apabila produk itu dirangkai dengan seorang bintang film terkenal yang
diperlihatkan memakai sikat gigi merk itu.
b. Object inferiority effect,
suatu objek dapat mempunyai pengaruh sebaliknya yakni negatif, jika diubah
konsteksnya. Dari hasil object Superiority Effect dan Object inferiority effect
dapat disimpulkan bahwa kemampuan mengenali suatu objek dapat berbeda jika
konteks objek itu diubah. Suatu saat konteks objek dapat membuat objek itu
lebih mudah dikenali, dan juga sebaliknya pada saat yang lain dapat terjadi
bahwa objek yang sama itu lebih sulit dikenali.
c. Word Superiority Effect,
suatu kesatuan unit yang lebih besar atau luas (misalnya sebuah kata) akan
dipersepsikan lebi akurat daripada bagian demi bagian (misalnya huruf demi
huruf). Ketika seseorang melihat sebuah kata maka ia tidak memproses huruf demi
huruf secara terpisah-pisah, melainkan pada semua huruf didalam kata itu secara
simultan (Sekuler dan Blake, 1990).
3.
Perhatian
Perhatian
(attention) adalah proses kosentrasi pikiran atau pemusatan aktivitas mental
(attention is a concentration of mental activity). Perhatian melibatkan proses
seleksi terhadap beberapa objek yang hadir pada saat itu, kemudian pada saat
yang bersamaan pula seseorang memilih hanya satu objek, sementara objek yang
lain diabaikan. Perhatian dapat dibedakan menjadi 2 jenis antara lain,
a. Perhatian terbagi (divided
attention), terjadi pada saat orang dihadapkan pada lebih dari satu sumber
pesan atau sumber informasi yang saling berkompetisi, sehingga orang tersebut
harus membagi perhatiannya. Contoh pada waktu seseorang mengemudi mobil dijalan
raya pusat kota yang lalu lintasnya sangat padat, maka perhatian orang itu akan
terbagi kepada berbagai macam objek di dalam waktu yang bersamaan.
b. Perhatian terpilih atau
selektif, terjadi pada waktu seserang dihadapkan pada tugas atau lebih secara
bersamaan waktunya. Orang tersebut harus memusatkan perhatiannya kepada satu
tugas saja dan mengabaikan tugas-tugas yang lainnya.
Menurut feature integration theory,
proses perhatian dibedakan menjadi dua macam, yaitu praperhatian dan perhatian
terfokus. Proses praperhatian merupakan tahap awal perhatian yang melibatkan
aktivitas pencatatan sifat-sifat objek secara otomatis, menggunakan proses
pararel terhadap semua medan visual. Sedangkan perhatian terfokus (control
processing) merupakan tahap kedua dalam proses perhatian. Perhatian terfokus
mencangkup serial atau berurutan di dalam mengidentifikasi objek-objek yang ada
pada saat itu.
Pada awalnya teori-teori mengenai
perhatian menyatakan bahwa orang-orang hanya sanggup memproses sejumlah
informasi yang sangat terbatas pada suatu waktu. Pandangan ini mengacu pada
konsep sebuah leher botol namun
pandangan ini sekarang mulai mendapat kritikan karena dalam kenyataannya
kapasitas manusia bersifat fleksibel sangat terantung pada jenis tugas dan
banyaknya latihan yang pernah dilakukan, sebab otak manusia tidak seperti
kontainer yang fasif melainkan bersifat aktif dan dapat berkembang. Sedangkan teori filter atau penyaringan
beranggapan bahwa di dalam perhatian terjadi proses seleksi atau memilih
aspek-aspek tertentu dari stimulus atau informasi. Sebab manusia memiliki
keterbatasan kemampuan untuk dapat memproses sejumlah informasi dalam waktu
yang bersamaan. Teori-teori penyaringan berasumsi penyaringan atau seleksi
informasi terjadi di awal proses perhatian. Menurut anggapan teori ini, seleksi
yang terjadi pada perhatian berlangsung pada tahap awal pemrosesan informasi
(input), bukan pada tahap ahkir proses yakni pada saat orang akan merespon
(output). Proses perhatian berlangsung seperti tombol untuk menghidupkan dan
mematikan (on-off switch) lampu listrik atau radio. Switch model ini dapat
diterangkan bahwa orang hanya dapat memusatkan perhatian pada satu informasi,
sementara informasi lain akan diabaikan pada waktu yang bersamaan. Treisman
mengajukan teori seleksi di awal yang lebih luas, didasarkan atas berbagai macam
tombol mekanis yang kini berkembang. Ia berpendapat bahwa aktivitas perhatian
beroperasi lebih menyerupai suatu alat pengendali yang mengatur besar-kecilnya
energi yang melewatinya.
Menurut Attenuator model teori ini diasumsikan
bahwa proses perhatian bekerja pada saat respon keluaran (output), bukan diawal
proses (input). Semua informasi dianggap dapat membangkitkan representasi
ingatan jangka panjang. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa semua masukan
informasi dapat diketahui dan dikenali (direkognisi). Sekalipun begitu, sistem
organisme manusia diasumsikan memiliki keterbatasan kemampuan kognitif,
sehingga sanggup meng-organisasikan satu respon dari sejumlah masukan indera
yang diterima. Oleh sebab itu, orang tidak sanggup memusatkan perhatian kepada
semua informasi yang mengaktifkan ingatan jangka panjang, dan harus memilih
beberapa bagian saja sehingga orang tersebut dapat membuat respon.
Demikian pula Teori Kapasitas
(Capacity Theory) ingin mencoba mendekati isu tersebut dengan berasumsi bahwa sumber-sumber
kapasitas kognitif terbatas. Seseorang memiliki jumlah kapasitas kognitif
tertentu yang dapat digunakan melakukan berbagai tugas atau pekerjaan yang
sedang dihadapi. Tugas-tugas yang berbeda menuntut penyediaan jumlah kapasitas
kognitif yang berbeda pula. Jumlah aktivitas yang dapat dilakukan secara
bersamaan akan ditentukan oleh besar-kecilnya kapasitas yang dibutuhkan oleh
masing-masing aktivitas. Jika tugas tunggal menuntut kosentrasi penuh, maka
tidak ada lagi kapasitas yang tersisa bagi tugas tambahan. Berdasarkan asumsi
tersebut, perhatian merupakan proses penyediaan atau alokasi sumber-sumber
kapasitas kognitif terhadap masukan stimulus atau informasi.
Sejumlah tugas atau pekerjaan ada
yang menyita sumber kapasitas kognitif yang banyak, sehingga sulit bagi
sesorang melakukan aktivitas lain secara bersamaan waktunya ataupun sebaliknya.
Otomasitas menunujuk pada berkurangnya tuntutan suatu tugas atau pekerjaan
terhadap penggunaan kapasitas pokok. Hal ini merupakan perkembangan yang
penting, sebab pekerjaan pekerjaan yang dilakukan secara otomatis akan
menyisakan sumber-sumber energi yang dapat dipakai untuk melakukan tugas-tugas
yang lain. Proses otomatisitas merupakan kebalikan dari proses terkendali.
Pemrosesan otomatis dapat digunakan pada tugas-tugas melibatkan objek-objek
yang sudah sering diknal atau akrap. Pemrosesan terkendali diguaakan untuk
tugas-tugas yang baru atau belum dikenal.Pemrosesan otomatis bersifat pararel seseorang dapat menangani dua
objek atau lebih secara sekaligus.Pemmrosesan terkendali bersifat serial (urut)
sehingga ada satu objek yang ditangani pada suatu waktu.
Kesadaran (Consciousness)
Kesadaran
adalah istilah yang sangat berhubungan dengan perhatian, tetapi kesadaran tidak
identik dengan perhatian. Kesadaran dibedakan menjadi dua antara lain
a. Kesadaran pasif, kesadaran
seseorang tentang lingkungan pada waktu ia melamun, menikmati keindahan sebuah
karya seni, mendengarkan musik.
b. Kesadaran aktif, melibatkan
kebutuhan seseorang untuk merencanakan, membuat keputusan, dan melaksanakan
keputusan tersebut.
4. Fenomena dalam persepsi
a. Persepsi bawah sadar
(sublimical perception)
Persepsi terhadap suatu objek dapat terjadi tanpa disengaja
atau disadari oleh seseorang. Biasanya persepsi tersebut tertuju pada objek,
gambar atau kata-kata yang ditampilkan didalam waktu yang relatif singkat atau
sedikit dalam rangkaian suatu peristiwa. Persepsi subliminal terjadi apabila
stimulus yang tampaknya tidak diperhatikan atau tanpa disadari keberadaanya
oleh seseorang namun secara diam-diam stimulus itu mempengaruhi perilaku orang
yang bersangkutan dikemudian hari.
b. Ilusi atau kesalahan persepsi
(error of perception)
Kesalahan persepsi biasanya disebut ilusi (illusion) terjadi
ketika seseorang mempersepsi suatu obje secara tepat atau tidak sesuai dengan
keadaan semestinya (realitas objektif).
c. Menghindar persepsi
(perceptual defence)
Fenomena menghindar atau menolak agar tidak terjadi suatu
persepsi terhadap stimulus yang dihadirkan pada seseorang, Seringkali kita
jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya stimulus yang bermuatan emosi
cenderung kurang siap untuk dipersepsikan daripada stimulus yang netral
(Eysenck, 1984) contoh apabila kepada seseorang diucapkan kata tabu, cabul atau dapat membangkitkan kenangan masa lalu
yang traumatis, maka ia cenderung akan menghindari untuk mempersepsi kata-kata itu.
Biasanya dilakukan seseorang dengan menutup telinganya, memalingkan muka atau
mengalihkan perhatiannya kepada pembicaraan yang lain untuk menghindari
terjadinya persepsi terhadap ucapan-ucapan itu. Situasi ini mengakibatkan
stimulus itu tidak berada dalam kesadaran penuh yang siap dipersepsikan oleh
seseorang melainkan diambang kesadaran (threshold)
5. Faktor-faktor yang
mempengaruhi presepsi
Hasil
suatu presepsi atau interprestasi mengenai suatu stimulus akan ditentukan oleh
kombinasi antara sifat-sifat yang ada
pada stimulus yang dipersepsi itu (bottom up) dengan pengetahuan yang tersimpan
didalam ingatan seseorang yang relevan dengan stimulus itu (top-down).
Berkaitan dengan pemikiran tersebut maka ada dua informasi yang dapat digunakan
untuk mempersepsik dunia luar secara tepat yaitu pertama informasi yang
ditampilkan oleh stimulus sensori pada waktu itu dan kedua yaitu pengetahuan
serta pengalaman yang relevan dimiliki dan telah tersimpan didalam ingatan
seseorang.
Berapa prinsip lain yang
dapat ditambahkan berkaitan dengan persepsi antara lain yaitu
a. Familiaritas, objek-objek
yang sudah dikenal akrab akan lebih mudah dipersepsi daripada objek-objek yang
baru atau yang masih asing.
b. Ukuran, objek-objek yang
ditampilkan dengan ukuran besar akan lebih mudah dipersepsi atau dikenali
daripada yang ukuran kecil.
c. Intensitas, objek-objek yang
memiliki warna tajam atau mencolok akan lebih mudah dikenali daripada
objek-objek yang memiliki warna tipis atau kurang tajam.
d. Gerak, objek-objek yang
bergerak cenderung lebih mudah dipersepsi daripada objek-objek yang diam atau
pasif.
Sesuatu objek akan dipersepsi secara berbeda apabila konteks
objek itu berubah. Misalnya seseorang akan tampak lebih tua ketika berkumpul
dengan orang-orang yang masih muda begitu pula sebaliknya.
Berkaitan dengan fenomena persepsi dapat dibedakan menjadi
dua realitas penting antara lain
a. Realitas objektif, adalah
fenomena yang bersifat fisik atau geografis.realitas ini dapat juga disebut realitas fisik. Fenomenanya menggunakan ukuran-ukuran yang
akurat dan cenderung tidak berubah sepanjang waktu.
b. Realitas subjektif merupakan
fenomena psiologis atau disebut realitas psikologi. Kebanyakan persepsi dan
kehidupan psikologis pada umumnya menggambarkan realitas subjektif, sehingga
hasil persepsi terhadap objek yang sama dapat berbeda antara orang yang satu
dengan yang lainnya. Hal ini sangat tergantung pada konteks pengetahuan atau pengalaman masing-masing
orang.
No comments:
Post a Comment