1.
Umum
Pada
umumnya kebanyakan orang berpendapatan bahwa belajar hanya bisa diobservasi
secara tidak langsung melalui perubahan tingkah laku sehingga untuk mendalami
studi tentang belajar, orang harus mempelajari/mengobservasi tingkah laku.
Beberapa
ahli berpendapat bahwa sebetulnya untuk studi tentang learning lebih baik dilakukan di lapangan/field (Naturalistic Observation) daripada di
laboratorium.
a. Studi di lapangan situasinya sangat kompleks, sehingga
sukar dilakukan observasi secara cermat & mencatat secara tepat.
b.
Ada
kecenderungan pengamat mengklasifikasikan kejadian-kejadian dalam suatu
kelompok.
STEVENS (1951)
mengatakan :
Suatu ilmu berusaha mendapatkan kejelasan dari suatu
persoalan dengan cara menyesuaikan “a
formal system of symbol” seperti bahasa, matematika logika dan sebagainya,
dengan pengamatan-pengamatan secara empiris. Masalah-masalah dalam ilmu pengetahuan
merupakan sesuatu yang terbuka bagi umum, jadi setiap orang boleh menguji
kebenaran ilmu tersebut dan mencari kesalahan ilmu tersebut, tetapi sesuatu
yang tidak ilmiah belum tentu salah karena kadang-kadang suatu ilmu tidak bisa
dibuktikan secara empiris. Ilmu pengetahuan juga bukan merupakaan sesuatu yang
rahasia dan bukan merupakan peristiwa yang unik.
Semua ilmu pengetahuan berusaha mendapatkan
hukum-hukum/dalil-dalil (scientific law),
yaitu suatu hubungan yang bisa dibuktikan secara konsisten antara dua atau/ lebih
gejala atau peristiwa, sehingga teori ilmu pengetahuan mempunyai dua aspek :
a.
Aspek formal ;
termasuk kata-kata, simbol, dan sebagainya.
b.
Aspek empiris ;
dalam suatu teori ternyata sangat kompleks, sehingga seringkali bagian formal
dari teori bisa memberi kejelasan ataupun kesalahan dalam prediksi.
Seringkali
dalam ilmu pengetahuan ditemukan suatu teori itu baik atau benar, tapi seringkali
berlawanan dengan kaidah ilmu pengetahuan atau test eksperimental.
Dalam
Psikologi umumnya teori-teori itu didukung oleh riset-riset, misalnya riset
tentang hubungan antara deprivasi makanan (lapar) dan rate of learning. Diketahui
bahwa antara tingkat deprivasi makanan dengan performance belajar terhadap
tugas-tugas tertentu ternyata ada hubungannya, dan tidak hanya lapar saja tapi
dicoba dengan haus dan rate of learning.
Ternyata hasilnya menunjukkan bahwa bila water
deprivation (haus) makin meningkat maka proses belajar semakin cepat, atau
proses belajar makin singkat.
Disimpulkan
bahwa deprivasi bisa meningkatkan dorongan atau drive. Jika binatang dengan drive yang kuat akan menghasilkan proses belajar yang lebih cepat
da-ripada bina-tang dengan drive yang
lemah. Pada manusia itu antara lain
disebut :
- need for achievement
- need for actualization
Variable-variable ini biasanya digunakan
dalam mencari hubungan dalam hal belajar.
Dalam
kita memandang teori sebagai perangkat kerja dalam suatu riset, maka :
Sebaiknya
kita tidak memandang teori tersebut benar atau salah, tetapi sebaiknya
dipandang apakah teori tersebut berguna atau tidak. Bila suatu teori ternyata tidak bisa
membuktikan/menjelaskan fakta maka, sebaiknya digunakan teori baru. Bila
hipotesa dari suatu teori itu ditolak (tidak terbukti) maka teori itu lemah,
perlu direvisi. Dalam memilih suatu teori, ada prinsip parsimoni (prinsip
ekonomi) yaitu :
Sekiranya
ada dua teori yang sebanding efektifitasnya, tetapi teori yang satu lebih
sederhana dan yang lain lebih kompleks, maka sebaiknya digunakan teori yang pertama
(yang lebih sederhana).
2.
Eksperimen Dalam Belajar
Langkah-langkah eksperimen dalam
Psikologi Belajar :
a. Menentukan subyek matternya. Riset
belajar dimulai dari definisi umum belajar atau deskripsi dari fenomena yang
akan diteliti.
b. Berusaha memperhatikan kondisi-kondisi khusus yang
mempengaruhi fenomena-fenomena yang terjadi.
c. Menyusun definisi operasional, supaya teori yang
dipakai lebih jelas sehingga bisa dilakukan pengukuran.
d. Harus diingat bahwa dalam eksperimen terkandung dependent variable dan independent variable.
Beberapa keputusan yang harus diambil
dalam eksperimen belajar :
1.
Aspek-aspek apa dari belajar yang akan diselidiki, di
sini dicari teori-teori belajar yang akan dipakai oleh peneliti. Seorang
peneliti dapat meneliti belajar di laboratorium, maupun di lapangan. Peneliti
dapat meneliti kondisioning klasik, kondisioning instrumental, pemecahan
masalah, pembentukan konsep, belajar verbal, atau-pun motorik, dan sebagainya. Suatu teori
akan membuat perincian mengenai kondisi yag dibutuhkan agar belajar
berlangsung, tetapi semuanya tergantung pada peneliti untuk memilih
kondisi-kondisi yang diteliti.
2. Apakah kita meneliti proses belajar dari seseorang
(subyek) secara mendalam/ intensif mengenai keadaan subyek eksperimen tertentu
(idiographic technique) atau kita
akan meneliti sekelompok subyek untuk memperoleh performance rata-rata dari
subyek tersebut (nomothetic technique).
3. Apakah kita akan menggunakan subyek manusia atau
binatang. Binatang lebih banyak dipakai
dalam eksperimen, karena (Hergenhan & Olson, 1997) :
a. Pengalaman belajar binatang masa sebelumnya dapat
dikendalikan, sedangkan pada manusia tidak dapat, sehingga pengalaman pada
manusia dapat mengganggu proses belajar yang sedang ditelitui.
b. Subyek manusia seringkali berpura-pura, tidak
menunjukkan yang sebenarnya, ingkar janji, sedangkan binatang tingkahnya bisa
dikontrol.
c. Seringkali eksperimen di bidang belajar berlangsung
lama sehingga menjadi membosankan.
Subyek manusia seringkali tidak tahan dengan eksperimen yang menjenuhkan,
sedangkan binantang tidak ada masalah.
d. Seringkali eksperimen belajar menguji efek genetik,
sehingga hanya pada binatang dimungkinkan memanipulasi latang belakang
genetiknya, pada manusia tidak mungkin.
e.
Eksperimen belajar sering menguji pengaruh obat
tertentu terhadap belajar.
f.
Eksperimen belajar sering melakukan operasi/pembedahan
otak.
g.
Bila subyeknya manusia sering ingkar janji untuk
mendatangi salah satu sesi eksperimen.
Tambahan
: (1) kemungkinan terjadi efek plasebo, hewan tidak punya motivasi un-tuk
menyenangkan hati peneliti, (2) kemudahan (convenience) : mudah dan murah
pemeliharaannya, (3) partisipasinya teratur, (4) hewan peliharaan akan lebih
mudah dikendalikan (Mazur dalam Hastjarjo, 1999).
4.
Apakah penelitian korelasi atau eksperimental
R-R law
(repon-respon law) – Korelasi
S-R law
(stimulus-respon law) - Eksperimental
5. Independent
variable mana yang akan diteliti. Pada awalnya belajar akan didefinisikan
secara operasional. Selanjutnya memilih variable independent yang relevan
dengan variable dependen yang telah dipilih. Contoh variabel independent dalam
penelitian belajar : jenis kelamin,
usia, inteligensi, interval penyajian stimulus satu dengan lainnya, dsb.
Pemilihan variable independent biasanya dipandu oleh teori.
6.
Sampai sejauh-mana (level) independent variable akan diselidiki.
misal :
dalam menentukan umur. Dalam hal ini yang perlu dipertimbangkan adalah level variabel
independent tersebut akan mempunyai efek yang signifikan terhadao variabel
dependen.
7.
Menentukan dependent
variable
misal :
score test, kecepatan, waktu
menyelesaikan masalah, laju merespon, latensi, dsb.
8. Analisa data dan interpretasinya. Metode statistik yang
tersedia sangat banyak, tinggal memilih metode analisis yang sesuai.
Keputusan yang diambil
harus memperhatikan topic apa yang akan diteliti, subjek yang akan dipakai,
variabel independent-dependen yang dipilih, pendekatan apa yang dipakai untuk
menganalisis dan menginterpretasi, arbitrary : biaya, nilai praktis, orientasi
teooritis, aspek pendidikan dan sosial, peralatan dan sebagainya. Observasi alamiah tidak
bisa dikontrol secara tepat, lain dengan eksperimen di laboratorium.
Segi positif eksperimen di laboratorium :
Peneliti bisa mengontrol
situasinya sehingga bisa menguji secara sistematis beberapa kondisi yang
berbeda dan bagaimana pengaruhnya pada belajar.
Segi negatif bereksperimen di laboratorium :
Situasi
di laboratorium sering dikatakan artificial, yaitu sangat berbeda dengan situasi
sebenarnya/keadaan nyata, sehingga generalisasinya sangat sulit diterapkan
dalam situasi nyata, karena situasi laboratorium merupakan situasi buatan.
No comments:
Post a Comment